Rumah Bahagia

Di sebuah kota besar provinsi Kalimantan Timur ini, ada seorang wanita yang hidupnya sungguh sederhana. Beliau bersama suami dan kedua anak perempuannya tinggal di sebuah rumah yang juga sederhana.

aku mengenal beliau, sang perempuan, sudah sejak aku masih berstatus mahasiswa. Beliau sering sekali mengisi kajian kajian atau taklim akhwat di kampus ku. Aku ingat bagaimana dulu ia diantar jemput suaminya sembari menggendong anak pertamanya untuk mengisi kajian kajian itu. aku ingat bagaimana bila aku dan teman temanku bersilaturahim ke rumah beliau yang sederhana. Kau tahu? rumah sekira tipe 36 dengan dinding belum diplester, masih murni batako, lantai yang belum diubin, pintu rumah yang hanya terbuat dari triplek kayu yang tipis, dan dapur yang hampir jadi satu dengan ruang keluarga sekaligus ruang tamu.

di rumah itu aku dan teman teman ku sering sekali bercengkrama, sekedar curhat atau memohon pencerahan terkait masalah tugas kuliah yang menumpuk, bagaimana mengatur waktu, bagaimana bersikap kepada musuh sampai masalah hati.
ya. di rumah itupun, aku dan kawan-kawan ku pernah bermalam disana. Tentu sudah direncanakan, karena kebetulan suami dari Sang Perempuan sedang keluar kota. walau di rumah yang kecil itu kami berkumpul, kami tak masalah. aku dan tema-temanku justru bahagia bisa bermalam di rumah seorang perempuan yang sholiha seperti beliau.

Setelah aku menyelesaikan studi DIII ku di kota itu, aku kembali ke kampung halamanku, ke rumah orang tua ku. Walau jarak kami hanya satu jam perjalanan kendaraan roda dua, tapi aku tak cukup sering lagi bertemu dan bersilaturahim dengan beliau. Hingga suatu ketika, aku dinyatakan lulus cpns di kota ini yang menyebabkan aku harus lebih sering tinggal di kota ini, aku kembali sering bertemu dengan Sang Perempuan itu. Aku kembali sering mengikuti taklim yang beliau sebagai pengisinya.

Kesan pertama saat aku kembali bertemu dengan beliau setelah sekitar 1 tahun tak berjumpa dengannya adalah beliau semakin sholiha. Beliau semakin baik dan mendalam dalam menyampaikan ilmu, menunjukkan betapa banyak dan dalam ilmu yang dia punya, menunjukkan betapa banyak buku yang sudah beliau baca. Memandang wajahnya, aku merasakan seberkas sinar keimanan terpancar dari dalam hatinya lewat senyumnya yang meneduhkan.
memanglah, menjadi sholih itu perlu proses dan perjuangan.

Hingga, suatu ketika, aku kembali berkunjung ke rumah beliau. kesan pertama yang aku rasakan saat melihat rumahnya setelah sekian lama tak bertandang kerumah nya adalah ^Masya Alloh.....Allohu Akbar^. Kau tahu? Diantara sekian banyak rumah yang telah dibangun dan direnovasi di sekitar komplek perumahan itu, diantara sekian banyak rumah yang dibangun dengan gagah dan modern di kompleks itu, hanya rumah Sang Perempuan lah yang kalau aku bilang tak ada perubahan sama sekali.

Maka, bisakah kau bayangkan apa yang aku alami? Aku merasa belum cukup menjadi hamba yang bersyukur. Lihatlah Ia, Sang Perempuan yang ridho terhadap keadaan yang ia jalani, tak pernah sekalipun mengeluh dengan segala kekurangan yang dialaminya. Walau kediaman yang Ia dan keluarganya tinggali tak cukup luas, beliau dan suaminnya memiliki hati hati yang luas. Hati yang penuh kesyukuran dan kesabaran, dan juga Iman yang dijadikan pondasi dalam rumah tangga itu.

Pernah aku melihat Sang Perempuan berboncengan motor dengan suaminya. Motor yang dikendarai bukanlah motor model terbaru kapasitas besar seperti yang banyak muncul dijalanan sekarang, tapi motor biasa biasa saja. Sambil menggendong anak keduanya, sedangkan anak pertamanya didudukkan didepan Sang Ayah. Tak nampak sedikitpun wajah kesal atau benci dengan keadaan itu. Justru yang terpancar adalah kebahagiaan. Kebahagiaan yang diciptakan bersama atas dasar keimanan yang tinggi dan keyakinan yang utuh kepada Tuhannya.

Maka, sungguh mereka khususnya Sang Perempuan, adalah sosok role model di era modernisasi ini sebagai "Kesederhanaan yang Dirindukan''.

Duhai,,,,, benarlah kebahagiaan itu letaknya di hati. Tak peduli seberapa banyak hartamu, jika hatimu sempit dan jauh dari Tuhan, maka sebanyak apapun tak akan cukup.
Aku yakin Alloh akan mengganjar mereka dengan tempat tinggal terbaik di Syurga kelak. Aamiin....

Komentar